Sunday 24 April 2011

Yaqut & Zaqun Bisa Jadi Damkar dan Detektor Bom



BANDUNG - Teknologi robot peniup lilin yang dibuat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) ternyata bisa dikembangkan menjadi pemadam kebakaran (damkar) sungguhan.

Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, robot berkaki enam ini menjadi pendeteksi keberadaan bom, terlebih akhir-akhir ini teror bom marak di Indonesia. Dengan adanya robot, korban jiwa bisa dihindarkan.

"Untuk mendeteksi bom, robot bisa dilengkapi kamera, potret, dan sensor pendeteksi bom," kata dosen pembimbing Tim Robot ITB, Kusprasapta Mutijarsa, baru-baru ini.

Awal April lalu, dua robot ITB mendulang sukses dalam Trinity College Fire Fighting Home Robo Contest 2011 di Amerika Serikat. Keduanya meraih gelar juara satu dan dua dalam kontes robot internasional tahunan itu.

Kusprasapta menambahkan, pengembangan teknologi robot diharapkan bisa menjawab maraknya paket bom. "Sehingga dengan adanya robot, paket bom tidak akan seperti yang di Jakarta yang disiram air oleh polisi hingga jadi korban," ujarnya.

Salah satu peserta kontes robot Ashlih Dameitry menambahkan, robot ciptaan timnya yang bernama Yaqut dan Zaqun itu, memang bisa dikembangkan menjadi peralatan militer atau polisi sebagai penjinak bom. "Terutama sebagai kendaraan berbasis kaki untuk kontur yang sulit dilewati roda," kata Ashlih.

Untuk menjadikan robot penjinak bom maupun petugas damkar, lanjut Ashlih, bahan-bahan robot harus diubah. Saat ini, bahan robot terdiri dari motor serko, sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai mata robot sehingga mengetahui tempat dan sumber cahaya, sensor api, untuk menangkap cahaya yang dikeluarkan api, batere untuk telepon seluler atau komputer jinjing, serta program algoritma kaki enam.

Anggota tim lainnya, Samratul Fuady dan Syawaludin Rachmatulah, menambahkan, robot memang bisa mengganti peran manusia di daerah bencana alam maupun buatan manusia seperti bom. Mengenai biaya pembuatan satu robot menghabiskan Rp20 juta dan Rp40 juta. Paling mahal tentu ada pada riset yang memakan waktu dua tahun.

Sedangkan komponen robot paling mahal ada pada motor serko sebagai penggerak robot yang harga termurahnya Rp500 ribu hingga Rp1 juta lebih. "Jadi sama biaya riset akan lebih dari Rp60 juta," ungkapnya.(rfa)